Sunday, March 18, 2012

PENGARUH PEMBELAJARAN ILMU TASAWUF TERHADAP SPIRITUALITAS MAHASISWA TARBIYAH ANGKATAN 2008 DI STAIN PEKALONGAN



A.      Latar Belakang Masalah
Salah satu mata kuliah di STAIN Pekalongan yang membahas tentang spiritualitas dalam agama Islam adalah mata kuliah Ilmu Tasawuf. Dalam mata kuliah tersebut dipaparkan berbagai hal tentang asal usul atau seluk-beluk tasawuf, sejarah perkembangan tasawuf, maqomat dan ahwal, serta tokoh-tokoh sufi yang populer dalam dunia tasawuf.
Dalam kata pengantar buku Ilmu Tasawuf, Amat Zuhri menjelaskan bahwa dengan mempelajari Ilmu Tasawuf ini diharapkan para mahasiswa bisa lebih bersikap inklusif, karena dalam mata kuliah Ilmu Tasawuf tersebut dimuat berbagai aliran dalam tasawuf, baik aliran sunni maupun falsafi.[1]
Lebih lanjut menurut Amat Zuhri, mendalami tasawuf bukan berarti suatu tindak pelarian diri dari kenyataan hidup, tetapi lebih kepada usaha pempersenjatai diri dengan nilai-nilai rohaniyah (spiritual) dalam menghadapi kehidupan yang materialistis, serta memberi keseimbangan jiwa agar tetap mempunyai ketegaran dalam menghadapi berbagai kesulitan.[2]
Penanaman nilai-nilai spiritual ini menjadi sangat penting karena masyarakat sekarang sudah cenderung mengarah ke kehidupan yang materialistis, bahkan sering sekali term-term agama disalah gunakan hanya untuk mencari keuntungan duniawi semata.
Dengan adanya pembelajaran Ilmu Tasawuf yang ada di STAIN Pekalongan, diharapkan mampu menjawab kekhawatiran di atas dan mampu menghasilkan output mahasiswa yang jujur, berpikiran maju, cerdas, serta kompeten di bidangnya masing-masing setelah terjun ke masyarakat nantinya.
Dengan demikian pembelajaran Ilmu Tasawuf yang baik seharusnya mampu menanamkan nilai-nilai spiritual kepada mahasiswa, tidak hanya sekedar penyampaian teori-teori tasawuf saja. Karena sebenarnya maksud dari pembelajaran Ilmu Tasawuf tersebut adalah untuk menyampaikan teori-teori tasawuf, dengan harapan mahasiswa mampu mengambil hikmah, serta meneladani sifat-sifat mulia yang ditunjukkan oleh para tokoh sufi yang diajarkan, serta meningkatkan spiritualitas mahasiswa itu sendiri.
Namun pada kenyataannya hal tersebut masih jauh dari apa yang kita harapan, sebagai contoh tidak sedikit dari para mahasiswa yang tidak mempraktikkan sikap jujur ketika dilaksanakan suatu ujian, baik ujian tengah semester maupun ujian akhir semester. Ini terbukti dengan masih banyaknya praktik contek-mencontek di kalangan mahasiswa ketika dilaksanakannya ujian tersebut. 



[1] Amat Zuhri, Ilmu Tasawuf, (Pekalongan: STAIN Press, 2005)  h. iii.
[2] Amat Zuhri, Ilmu Tasawuf, h. iii.

0 komentar: