Filsafat Islam terdiri dari dua kata yaitu Berfilsafat adalah
berfikir radikal, radik artinya akar, sehingga berfikir radikal artinya
berfikir secara mendalam dan sungguh-sungguh sampai keakar-akarnya suatu
masalah. Jadi filsafat adalah ilmu yang mempelajari dengan sungguh hakikat
kebenaran segala sesuatu.[2]
B. Pendekatan
Studi Filsafat Islam
Untuk memahami
lebih jauh filsafat islam ada baiknya dilihat berbagai pendekatan yang mungkin
dilakukan sehingga bisa dipahami bagaimana hakikat filsafat islam itu. Berbagai
pendekatan filsafat islam antara lain:
1.
Pendekatan
Historik
Yaitu
kajian filsafat islam dengan memfokuskan pada sejarah kelahiran dan
perkembangannya sebagai disiplin ilmu dari masa kemasa.
2. Pendekatan
Tokoh
Yaitu pendekatan yang hanya menekankan pada
penguasaan hasil pemikiran para tokoh
filsafat islam.
3. Pendekatan
Tematik
Yaitu
pendekatan studi filsafat islam dengan memahami tema-tema penting yanf diangkat
oleh pemikir filsafat islam.
4. Pendekatan
Proses/metode
Yaitu pendekatan yang menekankan pada aspek proses
kerja pemikiran dan metode yang digunakan dalam memkonstruksi suatu pemikiran
tertentu.[3]
C. Hakikat
Filsafat Islam
Filsafat Islam pada hakikatnya adalah filsafat
kenabian Muhammad. Filsafat kenabian ini lahir dalam periode dalam filsafat
islam dan dibangun pertama kali oleh Al Farabi, Al Farabi dikenal sebagai guru
kedua, setelah Aristoteles, kemudian dikembangkan oleh Ibnu Sina dengan
teorinya mengenai akal suci yang dimiliki nabi, yang kemungkinan nabi menembus
dimensi kegaiban dan menyhatu didalamnya.[4]
D. Objek Kajian Filsafat Islam
Filsafat islam
membahas mengenai nilai-nilai, yang meliputi dataran epistemologis, estetika
dan etika. Filsafat islam juga membahas tema-tema fundamental dalam kehidupan
manusia yaitu Tuhan, manusia, alam dan kebudayaan, yang disesuaikan dengan
kecenderungan perubahan dan semangat zaman. Kajian filsafat islam terhadap
objeknya dari waktu kewaktu mungkin tidak berubah, akan tetapi corak dan sifat
serta dimensi yang menjadi tekanan atau fokus kajiannya harus berubah dan
menyesuaikan dengan perubahan.[5]
E. Pelopor-pelopor Filsafat Islam
1. Al
Kindi
Menerangkan
dengan tegas antara perbedaan jiwa dan akal. Adanya akal, perasaan masuk pada
bagian jiwa dan akal adalah pikiran.
2. Al Farabi
Mengemukakan bahwa akal dalam manusia itu
ada empat jenis yaitu: benda, bertindak, wakil dan kemahiran. Akal benda
terletak dalam manusia.
3. Ibnu Sina
Berpendapat bahwa pikiran adalah merupakan
suatu jalan pengetahuan yang dibicarakan dengan aturan tertentu kepada sesuatu yang
tidak diketahui.
4.
Ibnu
Rusyd
Menurut Ibnu Rusyd falsafat tidak bertentangan dengan
islam, bahkan orang islam diwajibkan atau sekurang-kurangnya dianjurkan untuk
mempelajarinya. Tugas filsafat islam tidak lain adalah berfikir tentang wujud
untuk mengettahui pencipta semua yang ada ini. Tiap muslim harus percaya pada
tiga dasar keagamaan yaitu: adanya
Tuhan, adanya Rasul dan adanya pembangkitan.
Menurut Ibnu Rusyd bahwa pembuktian adanya Tuhan bertumpu
pada tiga prinsip:
a.
Semua
kemaujudan sesuai dengan kemaujudan manusia
b.
Bahwa
kesesuai ini dikarenakan tidak terjadi dengan sendirinya
c.
Segala
sesuatu diciptakan untuk kepentingan manusia, bintang gemintang bersinar di
malam hari agar bisa menjadi penuntun bagi manusia[6]
F. Pertalian Filsafat Islam dengan Sebelum dan
sesudahnya
1. Filsafat
islam dan filsafat masehi
Kekeliruan ahli-ahli ketimuran pada abad ke 19 M adalah
bahwa mereka mendasarkan pendapatnya tentang filsafat islam hanya kepada
beberapa buku karangan abad pertengahan yang berbahasa latin dan ibrani.
Filsafat islam dapat dipastikan kepadatan isi pembicaraan dan luas daerah
pembahasannya, lebih banyak kebebasannya dan lebih tinggi daya kreasinya, bila
dibandingkan dengan filsafat masehi.
2. Filsafat islam dan filsafat Yunani
Tidak dapat dipungkiri bahwa pemikiran
filsafat islam terpengaruh oleh filsafat yunani. Filosof-filosof islam pada
umumnya hidup dalam lingkungan dan suasana terhadap jalan pikiran mereka tidak
bisa dilupakan. Pada akhirnya tidaklah bisa dipungkiri bahwa dunia islam telah
berhasil membentuk suatu filsafat yang sesuai dengan prinsip-prinsip agama dan
keadaan masyarakat islam sendiri.
3. filsafat islam dan filsafat baru
Pada abad yang baru, banyak penyelidikan
yang dilakukan untuk mencari sumber filsafat baru pada filsafat scolastika
masehi. Kalau filsafat terakhir ini banyak terpengaruh oleh filsafat islam,
maka tidaklah mengherankan kalau antara filsafat islam dan filsafat baru
terdapat hubungan.
DAFTAR PUSTAKA
Asy’ari Musa, Filsafat Islam Sunnah Nabi dalam Berfikir, 2002.
Yogyakarta: LESFI
Drs. Poerwantana, Seluk-seluk Filsafat Islam,
1988. Bandung: PT.
Rosda
Imam
Al Jauhari, Filsafat Islam pendekatan Tematik, 2010. Pekalongan: STAIN Press
0 komentar:
Post a Comment