Akhmad
Maulana dalam salah satu blognya, mengatakan bahwa banyak yang harus dibenahi
dari calon-colon guru dimasa mendatang. Salah satunya, mencoba melakukan
pendekatan dengan siswa. Kurang pedulinya guru terhadap siswa, akan berdampak
buruk untuk anak didiknya.
Misalnya,
jika siswa sedang bermasalah, guru juga punya peran penting untuk membantu.
Ketidakpedulian guru akan berdampak buruk pada siswa. Salah satunya, tekanan
psikologis yang akan dirasakan siswa
Karena
itu, kedekatan secara personal sangatlah penting. Salah satunya, untuk
membangun rasa percaya diri siswa atau menghilangkan rasa minder. Sehingga,
jika siswa sudah merasa percaya diri dan punya jembatan untuk membentengi diri,
ia tidak akan mudah terpengaruh dengan hal-hal yang negatif.
Dan
dalam makalah ini, kami akan membahas mengenai hal tersebut, yaitu mengenai
rasa minder atau kurang percaya diri, faktor apa saja yang menyebabkan
munculnya perasaan ini?, serta bagaimana cara menghilangnya?.
Dan ternyata perasaan minder juga pernah terjadi pada diri
Ibnu Umar, dimana saat itu Rasulullah
menanyakan suatu hal, dan Ibnu Umarpun merasa minder untuk menjawabnya karena
ia masih kecil.
A. Matan Hadits.
حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ
حَدَّثَنَا
ِإسْمَاعِيْلُ
بْنُ
جَعْفَرٍ
عَنْ
عَبْدِ
اللهِ
بْنِ
دِيْنَارٍ
عَنِ
بْنِ
عُمَرٍ
قَالَ
قَالَ
رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى
اللهُ
عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ
إِنَّ
مِنَ
الشَّجَرِ
شَجَرَةً
لاَ
يَسْقُطُ
وَرَقُهَا
وَإِنَّهَا
مَثَلُ الْمُسْلِمِ
فَحَدِّثُوْنِي مَا هِيَ
فَوَقَعَ
النَّاسُ
فِي
شَجَرِ
البَوَادِي
قَالَ
عَبْدُ
اللهِ
وَوَقَعَ
فِي
نَفْسِي
أَنَّهَا
النَّخْلَةُ
فَاسْتَحْيَيْتُ ثُمَّ
قَالُوْا
حَدِّثْنَا
مَا
هِيَ
يَا
رَسُوْلَ
اللهِ
قَالَ
هِيَ
النَّخْلَةُ
….Dari Ibnu Umar, ia berkata: Rasulullah saw bersabda: “ Sesungguhnya
di antara pepohonan ada sebuah pohon yang tidak pernah jatuh daunnya dan pohon itu adalah
merupakan perumpamaan orang Islam. Cobalah kalian semua
beritahukan kepadaku, pohon apakah itu?”. Selanjutnya Ibn Umar berkata:
“Orang-orang agaknya menerka bahwa pohon itu adalah suatu pohon
yang tumbuh di daerah pedalaman”. Ia meneruskan ucapannya:“Tetapi aku (Ibn Umar
sendiri) menerka dalam hatiku bahwa pohon yang dimaksudkan oleh beliau saw itu
adalah pohon kurma, lalu sayapun merasa malu”.
Kemudian orang-orang pun berkata: “Silahkanlah anda beritahu pada kami, apakah
pohon itu ya Rasulullah?”. Beliau saw menjawab: “Pohon itu adalah pohon kurma”.[1]
B. Penafsiran Kata Sulit.
ورق : Daun
البوادى : Pohon
yang tumbuh di daerah pedalaman, yakni di beberapa
pedesaan dari negeri
Arab.[2]
النخلة : Pohon kurma.
C. Penjelasan Hadits.
Hadits
tersebut berasal dari Ibnu Umar, ia berkata bahwa pada suatu hari Rasulullah Shalallahualaihi
Wasallam memberitahukan bahwa ternyata ada suatu pohon yang tidak pernah gugur
daunnya, dan Rasulullah mengumpamakan seorang muslim sejati dengan pohon
tersebut. Kemudian Rasulullah bertanya kepada para shahabat: “Adakah yang tahu,
pohon apakah itu?”. Semuanya terdiam. Dan merekapun berpikir bahwa pohon itu
adalah pohon yang terletak di pedalaman desa, yang tidak ada di sekitar mereka.
Namun Ibnu Umar berpikir lain, ia menebak
dalam hati bahwa pohon tersebut adalah pohon kurma yang banyak terdapat di
sekitar mereka. Lantas Ibnu Umar pun merasa malu (karena dalam suatu riwayat
saat itu Ibnu Umar masih sangat muda yaitu umur sebelas tahun).[3]
Karena tidak ada yang menjawab kemudian para shahabatpun akhirnya bertanya
kepada Rasulullah shalallahualaihiwasallam, apakah gerangan pohon tersebut?.
Maka Rasulullah menjawab: ”Pohon itu adalah pohon kurma”.
Dalam kitab Fathul Bari
dijelaskan bahwa perumpamaan pohon kurma dengan karakter seorang muslim adalah
dilihat dari sisi tidak pernah rontoknya daun pohon kurma. Jika pohon kurma itu
tidak pernah rontok daunnya, maka seorang muslim yang sejati adalah seorang muslim
yang tidak pernah mudah menyerah dalam berdakwah ataupun berjuang. [4]
Dan dari hadits ini pula
dapat kita tangkap suatu kejadian, dimana Ibnu Umar yang terbilang masih muda
merasa malu dan minder ketika akan menjawab pertanyaan dari Rasulullah
tersebut. Yang pada akhirnya ia hanya menyimpan jawabannya dalam hati saja
tanpa ada keberanian untuk mengungkapkannya.
Dan pada satu riwayat, Ibnu Umar
menceritakan hal itu pada Ayahandanya yaitu Umar bin Khattab. Maka Umar pun
berkata: “ Andai saja engkau tadi mengungkapkannya, maka itu lebih aku sukai
dari pada engkau bercerita kepada diriku begini dan begini…”.[5]
Ini menunjukkan bahwa Umar
bin Khattab tidak menyukai apa yang telah dilakukan putranya, yang merasa malu
dan minder karena merasa masih muda dan berada dihadapan orang yang lebih
dewasa. Maka hal ini menunjukkan bahwa perasaan minder dan malu dalam hal
positif tidak diperkenankan dalam Islam.
Dan
dalam konteks pendidikan psikis, perasaan minder ini jika dibiarkan tanpa
adanya usaha dari diri sendiri ataupun bantuan dari orang lain (guru), maka
sifat ini akan berdampak buruk bagi psikologis seseorang.
Maka kita sebagai calon guru
hendaknya sedini mungkin mengenali sifat minder ini, dengan harapan bahwa
ketika kita mendapati siswa yang punya perasaan minder, kita mampu membantu
mereka untuk mengatasi hal tersebut.
Minder
sendiri adalah perasaan diri tidak mampu dan menganggap orang lain lebih
baik dari dirinya. Orang yang merasa minder
cenderung bersikap egosentris, memposisikan diri sebagai korban, merasa
tidak puas terhadap dirinya, mengasihani diri sendiri dan mudah menyerah.
orang yang mempunyai rasa minder akan merasa lemah, kekurangan, rasa ber
salah yang berlebihan, takut pada orang lain, menarik diri dari lingkung
an /pergaulan, cemas menghadapi sesuatu yang baru, tidak berani menghadapi kenyataan, sukar mengambil keputusan, takut akan kegagalan.[6]
cenderung bersikap egosentris, memposisikan diri sebagai korban, merasa
tidak puas terhadap dirinya, mengasihani diri sendiri dan mudah menyerah.
orang yang mempunyai rasa minder akan merasa lemah, kekurangan, rasa ber
salah yang berlebihan, takut pada orang lain, menarik diri dari lingkung
an /pergaulan, cemas menghadapi sesuatu yang baru, tidak berani menghadapi kenyataan, sukar mengambil keputusan, takut akan kegagalan.[6]
Sering
kali kita lebih menghargai orang lain daripada diri sendiri. Sikap ini membuat kita menjadi
"minder" dan bahkan mungkin enggan berinteraksi dengan orang lain. Tentu
saja sikap "minder" akan merugikan diri kita sendiri dan orang-orang
di sekitar kita. Sebab kita tidak bisa membuat diri kita berharga bagi orang
lain dan mendedikasikan talenta ataupun keterampilan kita bagi orang-orang di
sekitar kita. Untuk mengatasi sikap minder tersebut ada satu syarat, yakni menghargai
diri sendiri.
Minder adalah tipikal orang yang bermental lemah. Mental yang lemah akan merasa selalu tidak aman. Selalu gelisah dan kuatir. Karena kerja otak sudah dipenuhi dengan rasa kuatir, takut dan gelisah tanpa sebab atau disebabkan oleh hal-hal kecil, maka kerja otakpun menjadi lemah dan tidak dapat berfungsi untuk memikirkan hal-hal besar yang bermanfaat buat diri sendiri dan orang lain.
Minder adalah tipikal orang yang bermental lemah. Mental yang lemah akan merasa selalu tidak aman. Selalu gelisah dan kuatir. Karena kerja otak sudah dipenuhi dengan rasa kuatir, takut dan gelisah tanpa sebab atau disebabkan oleh hal-hal kecil, maka kerja otakpun menjadi lemah dan tidak dapat berfungsi untuk memikirkan hal-hal besar yang bermanfaat buat diri sendiri dan orang lain.
Ciri-ciri orang yang merasa
minder ialah:
·
Suka menyendiri.
·
Terlalu berhati-hati ketika berhadapan
dengan orang lain sehingga
pergerakannya kelihatan kaku.
pergerakannya kelihatan kaku.
·
Pergerakannya agak terbatas, seolah-olah
sadar bahwa dirinya memang
mempunyai banyak kekurangan.
mempunyai banyak kekurangan.
·
Merasa curiga terhadap orang lain
·
Tidak percaya bahawa dirinya memiliki
kelebihan
·
Sering menolak apabila diajak ke tempat-tempat
yang ramai
·
Beranggapan bahwa orang lainlah yang harus
berubah
·
Menolak tanggung jawab hidup untuk mengubah
diri menjadi lebih baik.[7]
Oleh
karena itu, minder harus sebisa mungkin dihindari dan dicari jalan keluarnya
dalam rangka mengubah pribadi kita menuju kepribadian yg
self-esteem (baca: self estiim). Suatu tipe kepribadian yang dimiliki orang
yang bisa menggapai mimpi atau suksesnya.
self-esteem (baca: self estiim). Suatu tipe kepribadian yang dimiliki orang
yang bisa menggapai mimpi atau suksesnya.
Penyebab
perasaan minder menurut Erwin Arianto adalah:
·
Saat lahir - setiap orang lahir dengan
perasaan rendah diri karena pada
waktu itu ia tergantung pada orang lain yang berada di sekitarnya.
waktu itu ia tergantung pada orang lain yang berada di sekitarnya.
·
Sikap orangtua - memberikan pendapat dan
evaluasi negatif terhadap
perilaku dan kelemahan anak di bawah enam tahun akan menentukan sikap anak tersebut.
perilaku dan kelemahan anak di bawah enam tahun akan menentukan sikap anak tersebut.
·
Kekurangan fisik - seperti kepincangan,
bagian wajah yang tidak
proporsional, ketidakmampuan dalam bicara atau penglihatan mengakibatkan reaksi emosional dan berhubungan dengan pengalaman tidak menyenangkan sebelumnya.
proporsional, ketidakmampuan dalam bicara atau penglihatan mengakibatkan reaksi emosional dan berhubungan dengan pengalaman tidak menyenangkan sebelumnya.
·
Keterbatasan mental - membawa rasa
rendah diri saat dilakukan perbandingan dengan prestasi tinggi dari orang lain.
·
Kekurangan secara sosial - keluarga,
ras, jenis kelamin, atau status
sosial.
sosial.
Dan masih menurut Erwin Arianto, untuk mengatasi
rasa minder dapat dilakukan hal-hal sebagai berikut:
·
Hadapi rasa takut, jangan dihindari,
karena ini tidak akan berakibat seburuk yang kita kira. Melawan rasa takut akan
menambah percaya diri kita. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW:
لا
يَحِلُ لِمُسْلِمٍ اَنْ يَرُوْعَ مُسْلِمًا
(رواه ابو داود)
“ tidak halal bagi seorang muslim
menakut-nakuti muslim yang lain ”
·
Hargai diri sendiri sebagai Ciptaan
Tuhan, bila kita telah berhasil dalam berbuat sesuatu. Menghargai diri sebagai
ciptaan Tuhan membuat kita tetap rendah hati walaupun telah diberi kesempatan
menikmati banyak kesuksesan. Menghargai diri sebagai ciptaan Tuhan juga dapat
membuat kita lebih tegar dalam menyikapi kelemahan kita.
·
Kenali diri. Mengenali diri merupakan
bagian tersulit dalam proses menghargai diri. Mengenali diri merupakan sebuah
proses yang menuntut kejujuran kita dalam melihat dan mengevaluasi diri.
·
Atasi kelemahan kita. Hal yang satu ini
sering kali sulit kita lakukan. Kita seringkali tidak mau mengakui kelemahan
kita. Kita sering kali mengandalkan penilaian orang lain semata terhadap
kelemahan kita sendiri tanpa melibatkan orang lain, atau cara pandang yang
salah terhadap kesuksesan dan strategi untuk meraih sukses.
·
Lupakan kegagalan masa lalu. Biasanya
kegagalan juga dapat membuat kita merasa minder /rendah diri, tapi yang harus
kita lakukan dari kegagalan belajarlah dari kesalahan itu, tetapi janganlah mengira
sesuatu itu salah sebelum ia akan terjadi lagi.
Dan
dalam hal ini Ahmad Tafsir menganjurkan bahwa hendaknya dalam mengatasi anak
yang punya rasa minder, orang tua atau guru mengikuti langkah-langkah sebagai
berikut:
1. Melatih
anak itu dengan memberikan tanggung jawab dan memujinya secara wajar.
2. Bantulah
mereka agar dapat melakukan sesuatu dengan baik dan bila berhasil berilah
penghargaan yang wajar dan tidak pilih kasih dalam memberikan sesuatu, sehingga
terwujud keadilan di tengah anak-anak. Sebagaimana hadits Nabi SAW:
سَاوَوْا
بَيْنَ اَوْلادِكُمْ فِى الْعَطِيَّةِ
) رواه ابو داود(
“Berlaku adillah terhadap
anak-anak kalian dalam suatu pemberian”[8]
3. Ajarkan
kepada mereka bahwa nilai manusia sebenarnya ada pada Allah, Allah tidak
memandang cacat jasmani tidak mengukur manusia dengan melihat hartanya, tapi
Allah melihat sejauhmana ketaqwaan mereka.[9]
Maka menjadi tugas kita untuk menyayangi dan memotivasi saudara kita yang
kurang dalam segi fisik ataupun saudara kita yang dalam keadaan yatim. Sebagimana
sabda Rasulullah SAW:
اَلرَّاحِمُوْنَ
يَرْحَمُهُُمُ الرَّحْمنُ اِرْحَمُوْا مَنْ فِى اْلاَرْضِ يَرْحَمُكُمْ مَنْ فِى السَّمَاءِ (رواه ابو داود)
“…….kasihilah mahluk di bumi,
niscaya mahluk di langit akan mengasihi kalian”
C.
Nilai Tarbawi.
Dari pembahasan hadits
di atas dapat kita temukan beberapa nilai tarbawi, diantaranya adalah:
·
Sebagai seorang muslim kita dianjurkan
untuk mempunyai karakter pantang menyerah dan tidak merasa rendah diri
(minder).
·
Sebagai calon guru kita harus mengetahui
bagaimana ciri-ciri siswa yang punya rasa minder, serta bagaimana mengatasi
siswa yang demikian.
·
Sebagai (calon) guru, kita juga harus
memperhatikan kondisi psikis seorang siswa. Apakah ia termasuk anak yang minder
atau tidak?. Dan dengan hal tersebut diharapkan guru bisa membantu perkembangan
psikis siswa, karena kondisi psikis sedikit banyak akan mempengaruhi proses
belajar mereka.
·
Minder adalah sikap yang manusiawi,
tetapi menjadi tidak manusiawi lagi ketika kita tidak berusaha untuk
menghilangkan sikap dan perasaan minder tersebut.
D.
Hadits Pendukung.
Untuk hadits pendukung
ini akan kami cantumkan sebuah hadits yang diriwayatkan Imam Bukhari, yang
disampaikan oleh Sayyidah Aisyah Radhiallahu’anha. Yang mana dalam hadits ini
Sayyidah Aisyah Radhiallahu’anha memuji sikap para wanita dari kalangan Anshar.
Meskipun mereka seorang wanita, tapi meraka tidak malu atau minder dalam
mencari ilmu. Dan hadits selengkapnya adalah sebagai berikut:
وَقَالَتْ عَائِشَةُ نِعْمَ النِّسَاءُ نِسَاءُ الأَنْصَارِ لَمْ يَمْنَعْهُنَّ
الْحَيَاءُ أَنْ يَتَفَقَّهُنَّ فِي الدِّيْنِ [10]
Aisyah Radhiallahu’anha
berkata: “Sebaik-baiknya wanita ialah wanita Anshar, rasa malu mereka tidak
mencegah mereka untuk mendalami ilmu”.
KESIMPULAN
Setelah
kita bisa mengatasi rasa minder, mari kita nikmati rasa percaya diri yang kelak
akan mengantarkan kita menjadi manusia yang punya arti di hadapan Allah SWT
maupun di hadapan manusia. Dan dengan mengatasi rasa minder maka ini adalah
sebuah langkah awal untuk menggapai semua keinginan kita, ubah perasaan rendah
diri menjadi perasaan yang membina keyakinan diri.
Kita
berhak sukses seperti orang lain. Jangan biarkan perasaan rendah diri menguasai
dalam bersaing mencapai keinginan dalam hidup. Pupuklah semangat untuk dapat
bersaing di masa depan. Semoga kita semua dapat mengatasi rasa minder untuk
dapat terus menggapai mimpi.
Dan
untuk kita yang berkecimpung dalam dunia pendidikan, maka akan menjadi
kebanggaan tersendiri bagi kita jika kita mampu menghantarkan anak didik kita
menjadi manusia yang penuh percaya diri dalam menghadapi tantangan yang ada di
hadapan mereka.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Asqolani,
Imam Ibnu Hajar. 2004. Fathul Bari Syarah Shahih Al-Bukhari.
Cairo: Darul Hadits.
Erwin, Arianto. 2008.
Buang-rasa-minder. blogspot.com
Imam Ahmad
bin Hambal. --------. Musnad Imam Ahmad Bin Hambal. Bairut:
Al-Maktab Al-Islamiy.
Imam
Bukhary. 1981. Terjemah Shahih Bukhary I. Abdai Rathomy (penj.).
Surabaya: Al-Asyiyah.
Tafsir,
Ahmad. 1994. Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam. Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya.
[1] Imam Bukhary, Terjemah Shahih Bukhary I, Abdai
Rathomy (penj.) , hal. 64
[4] Ibid, hal 177
[6]
erwin-arianto.blogspot.com//buang-rasa-minder
[7]
erwin-arianto.blogspot.com/2008/03/buang-rasa-minder
[8]
Imam Ahmad bin Hambal, Musnad
Imam Ahmad Bin Hambal, hal.375
[9] Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan
Dalam Perspektif Islam, hal.183
[10]
Imam Bukhari, Shohih Bukhari
I, Attasmeem.com
0 komentar:
Post a Comment