Monday, December 17, 2012

A. Kontinuitas dalam Bertaubat



            Taubat secara bahasa berarti kembali, sedangkan dalam syara’ taubat adalah kembali dari perkara yang dilarang syari’at kepada perkara yang diperbolehkan syari’at.
            Dalam bertaubat ada permulaan dan ada puncaknya. Permulaan taubat adalah taubat dari dosa-dosa besar, dosa-dosa kecil, perkara makruh, meninggalkan keutamaan, membanggakan kebaikan diri sendiri, merasa paling fakir, merasa benar dalam bertaubat, dan dari perasaan-perasaan yang tidak diridloi Allah. Adapun puncak taubat adalah bertaubat ketika lalai dari menyaksikan Allah meskipun hanya sekejap mata.
            Menurut para ahli hakikat bahwa sesungguhnya orang yang menyesali dan mengakui dosanya maka ia telah benar dalam taubatnya. Karena Allah tidak menceritakan (dalam Al-Quran) pada kita atas taubatnya Nabi Adam A.S. kecuali hanya pengakuan dan penyesalan Nabi Adam A.S. maka seandainya ada syarat tambahan (dalam bertaubat) pasti Allah akan menceritakannya.
            Sedangkan para Ulama’ berpendapat bahwa syarat bertaubat adalah menghentikan perbuatan dosa dan berjanji tidak akan mengulanginya lagi. Hal ini didasarkan pada dalil yang mengatakan bahwa “orang yang menyesali suatu perbuatan adalah orang yang berhenti dari perbuatan tersebut dan berjanji tidak akan mengulanginya lagi”.
Syaikh Al-Arifbillah Abu Ishaq Ibrahim Al-Matbuli memulai pembahasan dengan masalah taubat, karena taubat merupakan suatu dasar untuk setiap maqom (level) dalam pendakian spiritual seseorang sampai ia meninggal dunia. Seumpama seseorang yang tidak punya tanah maka ia pun tidak bisa membuat suatu bangunan, begitu juga hal nya dengan orang yang tidak bertaubat maka ia tidak punya prinsip sehingga ia pun tidak akan pernah mencapai suatu level spiritual.
                   Para ulama’ berpendapat bahwa barang siapa yang memperkuat tahapan taubat maka Allah akan menjaganya dari dosa-dosa dalam setiap perbuatanya. Dan taubat sendiri setara dengan level zuhud fiddunia, yang mana sikap zuhud tersebut juga akan menjaga pelakunya dari segala sesuatu yang menutupinya dari Allah SWT.
                  
            Sebagaimana telah diketahui bahwa taubat adalah permohonan ampun atas dosa-dosa yang berhubungan dengan hak-hak Allah dan perbuatan aniaya terhadap diri sendiri atau ma’siat, bukan dosa karena menyekutukan Allah. Meskipun syirik termasuk dalam kategori perbuatan aniaya terhadap diri sendiri. Dan taubat juga tidak bisa mengampuni dosa-dosa terhadap sesama manusia seperti yang berkaitan dengan harta benda dan kehormatan, yang insyaallah akan diterangkan dalam pembahasan selanjutnya.

0 komentar: