This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Tuesday, March 30, 2010

Operasi Selaput Dara dalam Perspektif Fiqh




Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan di bidang kedokteran, bagi kalangan lapis atas, problematika keperawanan menjadi bukan lagi masalah serius sebab ketidakperawanan yang ditandai dengan selaput dara (hymen) yang rusak—oleh faktor apa pun—bisa dipulihkan kembali dengan cara operasi selaput dara atau operasi pengembalian keperawanan (ritqu ghisyaal-bikarah).
Selaput dara (hymen) dalam Sobotta of Human Anatomy didefinisikan sebagai external genital organs of a female. Sementara di al-Mufradat fi Gharib al-Qur’an disebutkan, secara harfiah, ritqu dapat diartikan menjadi “menempelkan atau merapatkan”. Dalam Alquran, lafadz ritq disebut satu kali yaitu pada surat Al-Anbiya ayat 30 dengan arti “sesuatu yang padu”. Sedangkan ghisya’ al-bikarah berarti selaput clitoris atau selaput dara yaitu permukaan daging tipis dan lembut yang terletak pada kelamin wanita. Dokter Yasin Nuaim dalam bukunya “Fikih Kedokteran” (terjemahan) mendefinisikan operasi selaput dari sebagai “memperbaiki dan mengembalikannya pada tempat semula atau pada tempat yang dekat dengannya”.
Berdasarkan data yang bersumber dari beberapa media cetak maupun internet, wanita-wanita yang meminta untuk dioperasi selaput daranya mempunyai latar belakang yang berbeda. Ada yang selaput daranya rusak sebab diperkosa, ada yang sebab melakukan perzinaan suka sama suka (seks bebas), ada yang sebab tergoda rayuan sehingga khilaf dan terjebak dalam perbuatan zina. Ada juga wanita yang minta dioperasi dengan latar belakang kerusakan yang tidak diketahui (baca: disadari) sebelumnya, misalnya kerusakan selaput dara yang yang disebabkan oleh pekerjaan tertentu seperti melompat, kebiasaan bersepeda onthel, atau beberapa sebab lain yang terjadi di waktu masih anak-anak.
Makalah lengkap DOWNLOAD DI SINI


KONSEP PENDIDIKAN KH.AHMAD DAHLAN


BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Muhammadiyah merupakan organisasi islam terbesar kedua di Indonesia setelah NU. Pendidikan telah menjadi “trade-merk” gerakan Muhammadiyah, besarnya jumlah lembaga pendidikan merupakan bukti konkrit peran penting Muhammadiyah dalam proses pemberdayaan umat islam dan pencerdasan bangsa. Dalam konteks ini Muhammadiyah tidak hanya berhasil mengentaskan bangsa Indoensia dan umat islam dari kebodohan dan penindasan, tetapi juga menawarkan suatu model pembaharuan sistem pendidikan “modern” yang telah terjaga identitas dan kelangsungannya.
Diskusi tentang pendidikan Muhammadiyah sebagai salah atu pembaharuan pendidikan islam di Indonesia tidak dapat dilepaskan dari pemikiran para pendirinya. Salah satu tokoh pendidikan Muhammadiyah yang paling menonjol adalah KH. Ahmad Dahlan. Oleh karenanya penulis akan membahas “Konsep Pendidikan dalam Perspektif Ahmad Dahlan”.
B. Rumusan Masalah
Agar pembahasan makalah ini tidak melenceng dari pembahasan, maka penulis menarik rumusan masalah sebagai berikut :
a. Bagaimana Riwayat Hidup Ahmad Dahlan ?
b. Bagaimana Konsep Pendidikannya ?


BAB II
PEMBAHASAN
a.  Riwayat Hidup KH. Ahmad Dahlan
Kyai Haji Ahmad Dahlan lahir di Yogyakarta, 1 Agustus 1868 adalah seorang Pahlawan Nasional Indonesia. Ia adalah putera keempat dari tujuh bersaudara dari keluarga K.H. Abu Bakar. KH Abu Bakar adalah seorang ulama dan khatib terkemuka di Masjid Besar Kasultanan Yogyakarta pada masa itu, dan ibu dari K.H. Ahmad Dahlan adalah puteri dari H. Ibrahim yang juga menjabat penghulu Kasultanan Yogyakarta pada masa itu.[1]
Diwaktu kecil KH. Ahmad Dahlan bernama Muhammad Darwis, nama Ahmad Dahlan adalah pergantian setelah berangkat untuk menunaikan ibadah haji di Makkah. Dan KH. Ahmad Dahlan sebelum mendirikan Persyarikatan Muhammadiyah, Beliau bergabung sebagai anggota Boedi Oetomo yang merupakan organisasi kepemudaan pertama di Indonesia.[2]
Dengan kedalaman ilmu agama dan ketekunannya dalam mengikuti gagasan-gagasan pembaharuan islam, KH. Ahmad Dahlan kemudian aktif menyebarkan gagasan pembaharuan islam ke pelosok-pelosok tanah air sambil berdagang batik. KH. Ahmad Dahlan melakukan tabliah dan diskusi keagamaan sehingga atas desakan para muridnya pada tanggal 18 November 1912 KH. Ahmad Dahlan mendirikan organisasi Muhammadiyah. Disamping aktif di Muhammadiyah beliau juga aktif di partai politik. Seperti Budi Utomo dan Sarikat Islam. Hampir seluruh hidupnya digunakan utnuk beramal demi kemajuan umat islam dan bangsa. KH. Ahmad Dahlan meninggal pada tanggal 7 Rajab 1340 H atau 23 Pebruari 1923 M dan dimakamkan di Karang Kadjen, Kemantren, Mergangsan, Yogyakarta.[3]

b. Konsep Pendidikan KH. Ahmad Dahlan
Menurut KH. Ahmad Dahlan, upaya strategis untuk menyelamatkan umat islam dari pola berpikir yang statis menuju pada pemikiran yang dinamis adalah melalui pendidikan. Pendidikan hendaknya ditempatkan pada skala prioritas utama dalam proses pembangunan umat.[4] Upaya mengaktualisasikan gagasan tersebut maka konsep pendidikan KH. Ahmad Dahlan ini meliputi:
1. Tujuan Pendidikan
Menurut KH. Ahmad Dahlan, pendidikan islam hendaknya diarahkan pada usaha membentuk manusia muslim yang berbudi pekerti luhur, alim dalam agama, luas pandangan dan paham masalah ilmu keduniaan, serta bersedia berjuang untuk kemajuan masyarakatnya. Tujuan pendidikan tersebut merupakan pembaharuan dari tujuan pendidikan yang saling bertentangan pada saat itu yaitu pendidikan pesantren dan pendidikan sekolah model Belanda. Di satu sisi pendidikan pesantren hanya bertujuan utnuk menciptakan individu yang salih dan mendalami ilmu agama. Sebaliknya, pendidikan sekolah model Belanda merupakan pendidikan sekuler yang didalamnya tidak diajarkan agama sama sekali.
Melihat ketimpangan tersebut KH. Ahamd Dahlan berpendapat bahwa tujuan pendidikan yang sempurna adalah melahirkan individu yang utuh menguasai ilmu agama dan ilmu umum, material dan spritual serta dunia dan akhirat. Bagi KH. Ahmad Dahlan kedua hal tersebut (agama-umum, material-spritual dan dunia-akhirat) merupakan hal yang tidak bisa dipisahkan satu sama lain. Inilah yang menjadi alasan mengapa KH. Ahmad Dahlan mengajarkan pelajaran agama dan ilmu umum sekaligus di Madrasah Muhammadiyah.
2. Materi pendidikan
Berangkat dari tujuan pendidikan tersebut KH. Ahmad Dahlan berpendapat bahwa kurikulum atau materi pendidikan hendaknya meliputi:[5]
a.  Pendidikan moral, akhlaq yaitu sebagai usaha menanamkan karakter manusia yang baik berdasarkan Al-Qur’an dan As-Sunnah.
b. Pendidikan individu, yaitu sebagai usaha untuk menumbuhkan kesadaran individu yang utuh yang berkesinambungan antara perkembangan mental dan gagasan, antara keyakinan dan intelek serta antara dunia dengan akhirat.
c.  Pendidikan kemasyarakatan yaitu sebagai usaha untuk menumbuhkan kesediaan dan keinginan hidup bermasyarakat.
3. Metode Mengajar
Di dalam menyampaikan pelajaran agama KH. Ahmad Dahlan tidak menggunakan pendekatan yang tekstual tetapi kontekstual. Karena pelajaran agama tidak cukup hanya dihafalkan atau dipahami secara kognitif, tetapi harus diamalkan sesuai situasi dan kondisi.
v        Cara belajar-mengajar di pesantren menggunakan sistem Weton dan Sorogan, madrasah Muhammadiyah menggunakan sistem masihal seperti sekolah Belanda.
v        Bahan pelajaran di pesantren mengambil kitab-kitab agama. Sedangkan di madrasah Muhammadiyah bahan pelajarannya diambil dari buku-buku umum.
v        Hubungan guru-murid. Di pesantren hubungan guru-murid biasanya terkesan otoriter karena para kiai memiliki otoritas ilmu yang dianggap sakral. Sedangkan madrasah Muhammadiyah mulai mengembangkan hubungan guru-murid yang akrab.
c.  Analisis
Dari hasil analisa kami mengenai sosok KH. Ahmad Dahlan serta pemikiran beliau dalam dunia pendidikan, dapat kami sampaikan bahwasanya sangat sedikit sekali beliau mewariskan karya tulis untuk generasi muda kita, sehingga sulit sekali bagi kita untuk menelusuri pemikiran-pemikiran besar beliau.
Dan dalam dunia pendidikan, ide beliau tentang memadukan pendidikan model Barat dan Islam menurut kami amat berat resikonya, karena bila perpaduan tersebut tidak seimbang maka akan menghasilkan output yang tanggung.
Adapun mengenai materi dan metode yang di ajarkan dalam pendidikan madrasahnya kami menilai sudah cukup memenuhi segi afektif, kognitif, serta psikomotorik, sehingga model pendidikannya kami pandang sudah cukup bagus.  
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Dari pembahasan di atas, pemakalah dapat menyimpulkan bahwasanya KH. Ahmad Dahlan adalah merupakan tokoh pendidikan yang sangat besar jasanya bagi dunia pendidikan di Indonesia ini.
Ide-ide yang di kemukakan KH.Ahmad Dahlan telah membawa pembaruan dalam bidang pembentukan lembaga pendidikan Islam yang semula bersistem pesantren menjadi sistem klasikal, dimana dalam pendidikan klasikal tersebut dimasukkan pelajaran umum kedalam pendidikan madrasah. Meskipun demikian, KH. Ahmad Dahlan tetap mendahulukan pendidikan moral atau ahlak, pendidikan individu dan pendidikan kemasyarakatan.


DAFTAR PUSTAKA

Dirgantara, Fani. 2008. Biografi KH.Ahmad Dahlan, http://f4ni.wordpress.com
Prabowo, Bagus. 2009. Kyai Haji Ahmad Dahlanhttp://id.wordpress.com
Rukiyah, Hadi. 2009. Konsep Pendidikan Perspektif Ahmad Dahlan http://hadirukiyah.blogspot.com
Nizar, Samsul, MA.  2002. Filsafat Pendidikan Islam : Pendidikan historis, teoritis. Jakarta: Ciputat Pers.
Noer, Delias. 1985. Gerakan Modern Islam di Indonesia. Jakarta: LP3ES.





[1] Bagus Prabowo, Kyai Haji Ahmad Dahlan, http://id.wordpress.com
[2] Fani Dirgantara, Biografi KH.Ahmad Dahlan, http://f4ni.wordpress.com
[3] Hadi Rukiyah, Konsep Pendidikan Perspektif Ahmad Dahlan http://hadirukiyah.blogspot.com
[4] Samsul Nizar, MA, Filsafat Pendidikan Islam : Pendidikan historis, teoritis, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002) hlm. 100
[5] Delias Noer, Gerakan Modern Islam di Indonesia, (Jakarta: LP3ES, 1985), hlm 85