BAB II
PEMBAHASAN
a. Riwayat Hidup KH. Ahmad Dahlan
Kyai Haji Ahmad Dahlan
lahir di Yogyakarta, 1 Agustus 1868 adalah seorang Pahlawan Nasional
Indonesia. Ia adalah putera keempat dari tujuh bersaudara dari keluarga
K.H. Abu Bakar. KH Abu Bakar adalah seorang ulama dan khatib terkemuka
di Masjid Besar Kasultanan Yogyakarta pada masa itu, dan ibu dari K.H.
Ahmad Dahlan adalah puteri dari H. Ibrahim yang juga menjabat penghulu
Kasultanan Yogyakarta pada masa itu.
Diwaktu
kecil KH. Ahmad Dahlan bernama Muhammad Darwis, nama Ahmad Dahlan
adalah pergantian setelah berangkat untuk menunaikan ibadah haji di
Makkah. Dan KH. Ahmad Dahlan sebelum mendirikan Persyarikatan
Muhammadiyah, Beliau bergabung sebagai anggota Boedi Oetomo yang
merupakan organisasi kepemudaan pertama di Indonesia.
Dengan
kedalaman ilmu agama dan ketekunannya dalam mengikuti gagasan-gagasan
pembaharuan islam, KH. Ahmad Dahlan kemudian aktif menyebarkan gagasan
pembaharuan islam ke pelosok-pelosok tanah air sambil berdagang batik.
KH. Ahmad Dahlan melakukan tabliah dan diskusi keagamaan sehingga atas
desakan para muridnya pada tanggal 18 November 1912 KH. Ahmad Dahlan
mendirikan organisasi Muhammadiyah. Disamping aktif di Muhammadiyah
beliau juga aktif di partai politik. Seperti Budi Utomo dan Sarikat
Islam. Hampir seluruh hidupnya digunakan utnuk beramal demi kemajuan
umat islam dan bangsa. KH. Ahmad Dahlan meninggal pada tanggal 7 Rajab
1340 H atau 23 Pebruari 1923 M dan dimakamkan di Karang Kadjen,
Kemantren, Mergangsan, Yogyakarta.
b. Konsep Pendidikan KH. Ahmad Dahlan
Menurut
KH. Ahmad Dahlan, upaya strategis untuk menyelamatkan umat islam dari
pola berpikir yang statis menuju pada pemikiran yang dinamis adalah
melalui pendidikan. Pendidikan hendaknya ditempatkan pada skala
prioritas utama dalam proses pembangunan umat. Upaya mengaktualisasikan gagasan tersebut maka konsep pendidikan KH. Ahmad Dahlan ini meliputi:
1. Tujuan Pendidikan
Menurut
KH. Ahmad Dahlan, pendidikan islam hendaknya diarahkan pada usaha
membentuk manusia muslim yang berbudi pekerti luhur, alim dalam agama,
luas pandangan dan paham masalah ilmu keduniaan, serta bersedia berjuang
untuk kemajuan masyarakatnya. Tujuan pendidikan tersebut merupakan
pembaharuan dari tujuan pendidikan yang saling bertentangan pada saat
itu yaitu pendidikan pesantren dan pendidikan sekolah model Belanda. Di
satu sisi pendidikan pesantren hanya bertujuan utnuk menciptakan
individu yang salih dan mendalami ilmu agama. Sebaliknya, pendidikan
sekolah model Belanda merupakan pendidikan sekuler yang didalamnya tidak
diajarkan agama sama sekali.
Melihat
ketimpangan tersebut KH. Ahamd Dahlan berpendapat bahwa tujuan
pendidikan yang sempurna adalah melahirkan individu yang utuh menguasai
ilmu agama dan ilmu umum, material dan spritual serta dunia dan akhirat.
Bagi KH. Ahmad Dahlan kedua hal tersebut (agama-umum, material-spritual
dan dunia-akhirat) merupakan hal yang tidak bisa dipisahkan satu sama
lain. Inilah yang menjadi alasan mengapa KH. Ahmad Dahlan mengajarkan
pelajaran agama dan ilmu umum sekaligus di Madrasah Muhammadiyah.
2. Materi pendidikan
Berangkat
dari tujuan pendidikan tersebut KH. Ahmad Dahlan berpendapat bahwa
kurikulum atau materi pendidikan hendaknya meliputi:
a. Pendidikan moral, akhlaq yaitu sebagai usaha menanamkan karakter manusia yang baik berdasarkan Al-Qur’an dan As-Sunnah.
b.
Pendidikan individu, yaitu sebagai usaha untuk menumbuhkan kesadaran
individu yang utuh yang berkesinambungan antara perkembangan mental dan
gagasan, antara keyakinan dan intelek serta antara dunia dengan akhirat.
c. Pendidikan kemasyarakatan yaitu sebagai usaha untuk menumbuhkan kesediaan dan keinginan hidup bermasyarakat.
3. Metode Mengajar
Di
dalam menyampaikan pelajaran agama KH. Ahmad Dahlan tidak menggunakan
pendekatan yang tekstual tetapi kontekstual. Karena pelajaran agama
tidak cukup hanya dihafalkan atau dipahami secara kognitif, tetapi harus
diamalkan sesuai situasi dan kondisi.
v Cara
belajar-mengajar di pesantren menggunakan sistem Weton dan Sorogan,
madrasah Muhammadiyah menggunakan sistem masihal seperti sekolah
Belanda.
v Bahan
pelajaran di pesantren mengambil kitab-kitab agama. Sedangkan di
madrasah Muhammadiyah bahan pelajarannya diambil dari buku-buku umum.
v Hubungan
guru-murid. Di pesantren hubungan guru-murid biasanya terkesan otoriter
karena para kiai memiliki otoritas ilmu yang dianggap sakral. Sedangkan
madrasah Muhammadiyah mulai mengembangkan hubungan guru-murid yang
akrab.
c. Analisis
Dari
hasil analisa kami mengenai sosok KH. Ahmad Dahlan serta pemikiran
beliau dalam dunia pendidikan, dapat kami sampaikan bahwasanya sangat
sedikit sekali beliau mewariskan karya tulis untuk generasi muda kita,
sehingga sulit sekali bagi kita untuk menelusuri pemikiran-pemikiran
besar beliau.
Dan
dalam dunia pendidikan, ide beliau tentang memadukan pendidikan model
Barat dan Islam menurut kami amat berat resikonya, karena bila perpaduan
tersebut tidak seimbang maka akan menghasilkan output yang tanggung.
Adapun
mengenai materi dan metode yang di ajarkan dalam pendidikan madrasahnya
kami menilai sudah cukup memenuhi segi afektif, kognitif, serta
psikomotorik, sehingga model pendidikannya kami pandang sudah cukup
bagus.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Dari
pembahasan di atas, pemakalah dapat menyimpulkan bahwasanya KH. Ahmad
Dahlan adalah merupakan tokoh pendidikan yang sangat besar jasanya bagi
dunia pendidikan di Indonesia ini.
Ide-ide
yang di kemukakan KH.Ahmad Dahlan telah membawa pembaruan dalam bidang
pembentukan lembaga pendidikan Islam yang semula bersistem pesantren
menjadi sistem klasikal, dimana dalam pendidikan klasikal tersebut
dimasukkan pelajaran umum kedalam pendidikan madrasah. Meskipun
demikian, KH. Ahmad Dahlan tetap mendahulukan pendidikan moral atau
ahlak, pendidikan individu dan pendidikan kemasyarakatan.
DAFTAR PUSTAKA
Nizar, Samsul, MA. 2002. Filsafat Pendidikan Islam : Pendidikan historis, teoritis. Jakarta: Ciputat Pers.
Noer, Delias. 1985. Gerakan Modern Islam di Indonesia. Jakarta: LP3ES.